Pages

Sabtu, 26 April 2014

Pulau Lombok dan Pariwisatanya

Berbicara masalah pariwisata tentu tidak bisa lepas dari 2 unsur, yaitu wisatawan dan objek wisata. Adanya kebutuhan manusia baik secara sosial maupun individu terhadap pemenuhan akan kebutuhan rekreasi membentuk suatu pola pergerakan yang biasanya dilakukan secara temporary.  

Ada beberapa catatan yang diungkapkan dalam beberapa penelitian terkait dengan kepariwisataan. Menurut Pendit (2003), pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Kepariwisataan menurut UU No.24/1979 dalam Marpaung (2002) diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelengaraan wisata, yaitu keseluruhan kegiatan dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan. Kawasan wisata menurut Pendit (2003) adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan wisata (Nyoman S. Pendit; Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana; 2003:14). Pengembangan kawasa wisata ini memiliki beberapa kriteria yang dijelaskan oleh Revron O’Grandy yang dikutip dari Sastrayuda (2007), yaitu:

  1. Untuk memutuskan suatu kegiatan membangun kawasan wisata harus melalui suatu konsultasi dengan masyarakat, apa yang direncanakan pengembang harus diterima oleh mereka.
  2. Tiap keuntungan yang diperoleh dari pembangunan, pengembang harus mengembalikan lagi keuntungan tersebut pada masyarakat namun bukan berupa cash money melainkan berupa bangunan yang berguna bagi masyarakat.
  3. Kawasan wisata harus mengutamakan lingkungan dan dalam pembangunannya tidak boleh meninggalkan kebudayaan setempat. Justru hal tersebut harus dijadikan brand image atau kesan untuk menarik para wisatawan. Dan dengan pembangunan kawasan wisata tersebut jangan sampai masyarakat setempat merasa tersisihkan.
Apa yang diungkapkan oleh O’Grandy yang dikutip dari sastrayuda (2007), mengindikasikan bahwa harus ada keseimbangan antara pendapatan pemerintah/swasta terhadap kesejahtraan masyarakat dan keberlangsungan nilai-nilai sosial dan budaya setempat. Konsep ini sekaligus menjadi salah satu landasan terhadap pengembangan konsep pariwisata yang berkelanjutan.

Pulau Lombok yang merupakan salah satu destinasi wisata yang baru berkembang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dengan konsep pariwisata yang berkelanjutan. Secara potensi pulau lombok memiki sumber daya alam yang sangat melimpah begitu juga dengan sumber daya manusia yang berupa adat istiadat dan budaya yang telah terbentuk selama ratusan tahun. 


img
Pantai Kute di Lombok Tengah
Pertanyaannya adalah bagaimana bisa dua pulau yang hampir identik, yaitu Pulau Bali dan Pulau Lombok memiliki disparitas yang begitu luas biasa besar? Jika melihat data statistik yang dirilis oleh BPS, pada tahun 2011 jumlah wisatawan yang masuk ke bali periode Januari sampai aprli adalah sebesar 1.303.609 jiwa, sedangkan yang masuk NTB (pulau Lombok adalah salah satu pulau yang ada di provinsi NTB) di tahun 2011 periode januari sampai desember adalah sebesar 886.880 jiwa. Wisatawan yang datang ke bali hanya dalam periode 4 bulan hampi sebesar 2 kali jumlah yang masuk ke NTB dalam periode 12 bulan. Tentu ini adalah angka yang cukup fantastic. Sehingga tidak salah jika ada banyak orang yang akan mengungkapkan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang saya sampaikan.

Jika kita melihat secara realistis, memang perbandingan ini sangat tidak relevan karena perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh kompleksitas dari berbagai unsur. Kita tidak bisa membandingan secara utuh, perkembangan pariwisata pulau lombok dengan bali. Melihat sejarah perkembangan pulau bali, pariwisata tumbuh di tahun 1970an, dimana kondisi Bandara Ngurah Ray hampir sama dengan Bandara International Lombok (BIL) saat ini. Artinya secara gamblang bisa saya bilang bahwa pulau lombok baru akan membangun pariwisatanya.

Pertanyaanya kemudian adalah bagaimana bisa destinasi wisata yang sudah dikenal begitu lama baru membangun pariwisatanya sekarang? Dan apakan akan bisa berkembang seperti di bali? Saya tidak akan mengatakan bahwa bali memiliki konsep pariwisata yang bagus, tetapi paling tidak saat ini pulau bali bisa menyediakan kenyamanan bagi wisatawan untuk menikmati liburanya. Apakah dilombok bisa? Saya kira itulah pertanyaan besarnya.
Saya pernah berkeliling pulau lombok, dari ujung barat (kota Mataram) sampai ujung timur (Lombok Timur) dan dari ujung utara (Lombok Utara) sampai ujung selatan (Lombok Tengah). Beberapa destinasi wisata sudah saya kunjungi, yaitu diantaranya:


Img
Air Terjun Sendang Gile di Lombok Utara

Img
Tiga Gili di Kabupaten Lombok Barat

Img
Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat

Img
Pantai Kute di Lombok Tengah

Img
Pantai Kute di Lombok Tengah

Img
Pantai Kute di Lombok Tengah

Img
Teluk Ekas di Lombok Timur

Img
Tanjung Ringgit di Lombok Timur
Beberapa objek di atas menggambarkan bagaimana potensi sumber daya alam yang bisa dikembangkan di lombok. Secara pribadi saya menilai lombok memiliki sumber daya alam yang tidak kalah dibandingkan dengan sumber daya alam di bali. Ini menjadi modal besar untuk pembangun NTB khususnya pulau lombok melalui sector pariwisata. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pembangunan di sector ini, salah satu yang sangat gencar adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang kawasan, diantaranya adalah pembangunan BIL sebagai salah satu akses dunia internasional ke NTB, pembangunan akses jalan by pass dari Lombok Barat menuju BIL, pemabngunan jalan-jalan penghubung lainya menuju ke destinasi-destinasi wisata. Tidak hanya pembangunan fisik semata, berbagai konsep-konsep pengembangan mulai dimasukan dalam dokumen-dokumen perencanaan.

Besarnya usaha baik secara fisik maupun non fisik ini, sampai sejauh ini belum mendapatkan hasil yang sepadan. Pertanyaanya kemudian adalah, apa yang salah dengan usaha-usaha yang telah dilakukan? Jika saya coba membandingkan, pada tahun 2006 Kampung Improvement Program (KIP) adalah salah satu program unggulan untuk membangun wilayah berbasis masyarakat, tapi sayang setelah beberapa evaluasi, program ini tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Program ini sendiri terbagi menjadi pengembangan fisik yang berupa pembangunan jalan, drainase, bangunan serbaguna dll yang dialokasikan sekitar 70 %, sedangkan untuk tahap selanjutnya adalah pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk pelatihan, peningkatan skil dan kreatifitas masyarakat dll yg dialokasikan sekitar 30%. Hal yang serupa juga terjadi di lombok, pemerinta lebih banyak menyoroti aspek fisik dibandingkan aspek sumber daya manusia, padahal salah satu faktor untama kesuksessan pengembangan pariwisata adalah hospitality. Berikan kenyamanan yang setinggi-tingginya pada wisatawan melalui pelayanan yang baik. Dan itu tidak terjadi di lombok, dari berbagai perjalanan yang saya lakukan saya belum sekalipun mendapatkan pelayanan yang baik, bukan hanya di daerah pelosok, tetapi juga di kawasan-kawasan yang memiliki akomodasi yang baik.
(http://artopraph.blogspot.com/2013/01/pulau-lombok-dan-pariwisatanya.html)

0 komentar:

Posting Komentar